Sabtu, 23 November 2013

Sadar diri, aku harus pergi

Mungkin inginku terlalu sederhana. Aku hanya ingin mendengar kamu yang mengetuk di depan pintu. Aku hanya ingin sekali lagi melihat wajahmu, meski hanya dari balik jendela. Aku cuma mau kamu, sosok yang nyata ketika aku membuka pintu. Aku hanya ingin di depan tungku perapian, bersamamu ketika dingin menerpa. Bisa saja mauku terlalu sempurna. Menjadi orang yang kaupilih di antara sempurnanya sosok-sosok yang ada. Menjadi orang yang kaupilih untuk kauambil hatinya, kemudian kaujaga. Menjadi makhluk yang kaumau, untuk berbagi hidup selamanya. Menjadi orang yang kaupilih dan menjadi orang paling beruntung di dunia. Namun kenyataan terlalu berbeda. Kamu mengisyaratkan ‘selamat tinggal’ terlalu dini. Ada sedikit mati kurasakan di sini. Hatiku sudah terlanjur kamu bawa pergi. Semuanya sebelum aku berhasil ungkapkan aku ingin memiliki. Dan kini, semuanya sudah terlalu jelas. Ternyata aku hanya seorang aneh yang merindu pelangi senja. Seonggok tak sempurna yang mendamba dewi fortuna. Setitik hitam yang inginkan kilau cahaya. Seretak gersang yang haus air surga. Sadar diri. Mungkin aku harus pergi

Pesan Botol, dan Rahasia Hati

Bukan sebuah heran, angin laut sore menyejukkan. Bukan mimpi, gemuruh ombaknya terdengar bermelodi. Bukan rahasia, semua terasa seperti itu ketika jatuh cinta. Dan bukanlah keadaan, jika tak bisa membuat yang indah menjadi ketakutan. Kata orang, cinta sesuatu yang megah. Namun kadang megahnya tertutup keadaan kemudian kalah. Keadaan di mana pada diri satu orang, atau keduanya terdapat cinta tapi masing-masing atau salah satunya sudah memiliki pasangan. Keadaan di mana dua orang saling sayang, tapi orang tua berkehendak lain. Keadaan di mana dua orang saling cinta, tapi berbeda Tuhan –yang katanya satu–. Keadaan di mana seseorang jatuh cinta, tetapi yang satunya terasa terlalu sempurna untuk dia. Mungkin masih banyak lagi keadaan-keadaan di luar sana yang menyisakan kepahitan. Mengapa seringkali sebuah cinta tumbuh di keadaan yang tidak memungkinkan? Apakah sebuah cinta adalah tumbuhan yang tidak peduli habitatnya berkeadaan seperti apa, hanya membutuhkan ketulusan? Akan tetapi, apakah ketulusan saja cukup untuk bersama? Tidak, untuk bersama, juga butuh keadaan. Begitu pula dengan keputusanku memendam perasaan. Ini semua, sedikit banyak karena keadaan. Apa yang tumbuh dalam hati seiring aku memandang senyummu, melihat tawamu, menatap binar matamu, harus aku pendam sendiri. Selagi menunggu keadaan –yang mungkin tak akan datang–, aku guratkan tinta hati hingga senja menjelang. Aku kemas surat itu dalam beningnya botol ketulusan, dan membiarkannya bebas di luasnya lautan kemungkinan. “Jika memang jodoh, kita pasti akan bersama.” Ah, akhirnya aku mengatakan itu. Mengatakan kalimat bagi orang yang kalah dalam perjuangan mendapatkan seorang pujaan. Aku tak ingin menjadikan keadaan sebagai pesakitan. Karena sudah terlalu sering kata itu berlalu-lalang di kisah kehidupan. Kamu boleh caci aku karena mengungkapkan rasa pun tak berani. Tapi mungkin kamu juga tahu, bahwa kadang melawan keadaan tak semudah yang pernah ada dalam mimpi. Dan biarkan pesan dalam botol ini, tetap menjadi rahasia hati.

Terima Kasih, dan Tak Pernah Cukup

Terima Kasih, dan Tak Pernah Cukup Terima kasih sudah menyajikan cinta yang begitu nyaman. Terima kasih sudah manangkapku yang terjatuh. Membangunkanku lagi. Kemudian menjatuhkan hati. Dan mendaratkannya di bantalan kasih seindah dunia peri. Terima kasih sudah menyelamatkan rasa yang hampir tenggelam, dengan hadir dalam hidupku walau penuh lebam. Terima kasih sudah menyeka luka, sehingga senyum itu muncul lagi terlihat di air muka. Terima kasih sudah menjadi penawar harap yang dulu mulai memudar. Terima kasih karena membiarkan aku belajar, meski aku tak pernah merasa cukup. Aku tak pernah merasa cukup dengan kasih darimu yang senyaman ayah. Aku selalu merasa kurang akan tempat untuk membuktikan diri, bahwa aku wanita sejati. Dan kamu hadir, memberikan kesempatan itu. Aku tak pernah puas berusaha segenap jiwa membahagiakan kamu perajut asa. Aku bisa selalu lapar untuk kamu ajari bagaimana mencinta dengan setulus hati. Sebuah impian bisa terbangun di suatu pagi dengan parasmu di sampingku, setelah berebut selimut di malam penuh kabut. Kelak aku hanya ingin terjaga karena sinar matahari yang masuk seraya kamu bukakan jendela, dan melayangkan sebuah kecupan di mata. Aku selalu memimpikan denting adukan sendok di secangkir teh hangat, lengkap dengan senyum manismu yang kunantikan dengan sangat. Kepada kamu yang akan selalu menjadi alasanku untuk pulang.

Minggu, 17 November 2013

Lovember, Movember, November♥

Pagi, terangku. November ini ku selipkan berjuta doa baru. Harapan indah bertema syahdu. Terbalut cinta dan kisah kasih baru jua. Namun tidak untuk lakonnya. Masih ada aku dan kamu walau sudah tak menjadi kita. Kita yang dulu hanya teruntai sebagai kata saja. Tak mungkin lagi bersatu padu dg hati yg utuh. Aku tau, aku tak sesempurna itu. Mengharap kau kembali dalam dekapanku, itu anganku. Mengharap dirimu menitih cinta denganku lagi, itu takkan terjadi. Lalu bagaimana dengan nasib hati ini? Hancur dan rapuh lagi. Sang petuah cinta kini bagai malaikat pencabut nyawa. Mencabik jiwa dan segala raga. Ah sudahlah....... Mengapa tak sedari dulu ku menyadari bahwa semua hanya sandiwara? Hatiku sungguh pilu karna cinta semumu itu.

Senin, 14 Oktober 2013

New Love Story "Bahagiaku, kamu."

Percikan air yang mengalun dengan tenangnya, gugusan bintang yang berkumpul mengindahkan suasana sepertiga malam ini. Terlihat tak ada bulan di kejauhan sana. Hanya ada sedikit biasan cahayanya yang pergi ntah kemana. Rindu. Ya, aku rindu akan kebersamaan aku dan kamu. Aku rindu hanya ada 'kita' disana. Menikmati sejuknya malam dengan sekedar mengobrol satu dua hal. Menciptakan candaan kecil, saling beradu pendapat, saling mengolok-olok satu sama lain. Ah, kamu indah sayang. Selalu membuatku bahagia jika ku berada di dekatmu. Apalagi pada dekapan pelukmu yang nyaman itu. Apa kamu juga sepertiku? Merindukan pertemuan dan kebersamaan 'kita'? Andai kau tau, aku sangat menyayangi dan tulus mencintaimu tanpa ada kata 'namun'. Aku ingat dengan janjimu dulu, kau takkan pergi dariku, tak ingin menyakiti dan mengecewakanku. Apa kau juga ingat? Sejujurnya aku tak menginginkan janji itu terlontar dari mulut manismu, sayang. Aku hanya ingin kau menunjukkan semuanya dengan perbuatan dan kelakuanmu terhadapku. Selama ini, tidak pernah ku merasakan jika ku sangat kau perjuangkan. Kau hargai, dan kau mengerti. Inikah cinta yang slalu kau ucap saat kita bertemu? Inikah rindu yang sering kau ungkapkan ketika hanya ada 'kita'? Aku ragu. Namun, aku tetap menyayangimu. Lagi-lagi aku jatuh ke dalam hati yang sangat amat membuatku nyaman, kamu. Dan aku tak ingin hati itu lepas kendali dan menggoreskan satu titik luka yang dapat menghancurkan semuanya. Pengertian itu, sangat aku butuhkan darimu, cintaku. Bagaimana aku bisa mengatakan semua ini pabila di dekatmu pun aku slalu bahagia? Aku tak sanggup mengatakan keinginan mulukku ini kepadamu, karna aku takut. Aku takut kau pergi jauh dariku dan mengatakan 'lebih baik kau bahagia dengan seorang yang mampu membuatmu bahagia, bukan aku'. Tidak! Itu salah. Aku hanya bahagia dengan dirimu, cukup. Sejatinya, kau menginginkan aku bahagia. Tapi aku tau, kau tak temukan cara untuk membuatku bahagia secara utuh. Pada dasarnya dalam hatimu; kau slalu inginkan aku tuk bahagia. Begitukah? Benarkah? Jika benar, aku akan sangat bahagia detik ini, sampai seterusnya. Denganmu, calon kebahagiaan hakikiku.

New Love Story "Sepertinya Aku Mencintaimu"

Awalnya, matamu dan senyummu tak berarti apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan menyeringai santai dibalik punggungmu dan punggungku. Kita saling bercanda, menertawakan diri sendiri, tanpa tahu bahwa rasa itu menelusup tanpa ragu dan mulai mengisi labirin-labirin hatimu dan hatiku yang telah lama tak diisi oleh seseorang yang spesial. Tatapan matamu, mulai menjadi hal yang tak biasa di mataku. Caramu mengungkapkan pendapat, tak lagi menjadi hal yang kuhadapi dengan begitu santai. Renyah suara tawamu menghipnotis bibirku untuk melengkungkan senyum manis, menyambut lekuk bibirmu yang tersenyum saat menatapku. Aku tahu semua berubah menjadi begitu indah, sejak pembicaraan yang sederhana menjadi pembicaraan spesial yang begitu menyenangkan bagiku. Aku bertanya ragu, inikah kamu yang tiba-tiba mengubah segalanya jadi merah jambu? Tanpa kusadari, namamu sering kuselipkan dalam baris-baris doa. Diam-diam aku senang menulis tentangmu, tersenyum tanpa sebab sambil terus menjentikkan jemariku. Tanpa kesengajaan, kauhadir dalam mimpiku, memelukku dengan erat dan hangat, sesuatu yang belum tentu kutemukan dalam dunia nyata saat aku terbangun nanti. Hari-hariku kini terisi oleh hadirmu, laju otakku kini tak mau berhenti memikirkanmu, aliran darahku menggelembungkan namamu dalam setiap tetes hemoglobinnya. Berlebihan kah? Bukankah mahluk Tuhan selalu bertingkah berlebihan ketika sedang jatuh cinta? Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku diam, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kauciptakan dalam magisnya kehadiranmu. Astaga Tuhan, ciptaanMu yang satu ini membuatku pusing tujuh keliling! Setiap malam, ketika dingin menyergap tubuhku, aku malah membayangkanmu, bagaimana jika kamu memelukku? Bagaimana jika ini? Bagimana jika itu? Ah, selain indah ternyata kamu juga pandai menganggu pikiran seseorang, sehingga otakku hanya berisi kamu, kamu, dan kamu dalam berbagai bentuk! Sepertinya aku mencintaimu Pada setiap percakapan kecil yang berubah menjadi perhatian sederhana yang kauperlihatkan padaku. Sepertinya aku mencintaimu Dengan kebisuan yang kau sampaikan padaku. Kita hanya berbicara lewat tatapan mata, kita hanya saling mengungkapkan lewat sentuhan-sentuhan kecil. Sepertinya aku mencintaimu Karena aku sering merindukanmu, karena aku bahkan tak tahu mengapa aku begitu menggilaimu Dan, sekarang memang benar ku sangat mencintaimu Kepada kamu, Gilang Ashareza (ku)

New Love Story "Makhluk Baruku"

Bolehkah aku menjadikan namamu sebagai tema kegalauan baruku? Aku bimbang dengan hatiku saat ini. Aku mulai menyukai segala tingkahmu. Entah itu untukku ataupun teman-teman di dekatmu. Aku sudah mencoba membuka hati setelah hati ini hancur dan sulit untuk di tata kembali. Aku menemukanmu. Menemukan namamu dalam setiap mimpi dan khayalku. Rasanya memang sangat cepat mengatakan bahwa ini cinta. Tapi inilah kelemahanku. Sangat mudah mencintai seseorang yang bisa membuat hidupku lebih berwarna dan berubah setelah kejadian lampau itu. Tetapi sangat sulit jika ku harus dan di tuntut untuk melupakan seorang yang sudah melekat di hatiku. Aku tak ingin semuanya berubah menjadi kehancuran lagi. Tak ingin. Aku menyukaimu, benar. Aku mulai menyayangimu, tulus. Aku mencintaimu, kasih masa depanku. Aku tak ingin lagi membohongi perasaanku. Melebihkan rasa ego dan gengsiku. Aku ingin mengutarakan semuanya sebelum kisah ini berakhir tanpa ada kepastian dan kejelasan dari masing-masing. Ya memang aku tidak menemukan rasa kekagumanmu untukku. Tak ada. Hanya candaan kecil saja yang seolah-olah aku cerna menjadi hal yg istimewa bagiku. Namun apakah aku salah jika aku menyukaimu? Tidak kan? Sungguh berat mengungkapkan cinta. Apalagi untuk dirimu, orang baru yang sangat mahir mengisi celah hati yang kosong ini.